Tersenyum Di atas sebatang kayu mahkota nenek moyang ku di dasar batu-batu yang terukir peradaban di dalam belaian dahan-dahan yang menjadi saksi antara aku dan engkau Ku lukis keresahan ku di atas langit malam tanpa bintang tatapan bulan tanpa pernah berkedip serta ilalang yang tak pernah mengeluh maupun terus di hempas angin Aku kabarkan kembali kepadaku kepada jiwa yang hampir mati kepada rasa yang tak lagi mampu meraba kepada nafas yang tak lagi mampu di rasa kepada jantung yang tak lagi mampu bernada Aku ungkapkan kekesalanku di atas padang yang gersang kepada keindahan yang tak nyata kepada senyum yang pandai bersandiwara kepada hidup tanpa cinta @setajam_pena, puncak manjay 13 oktober 2019
Celoteh Sukardi Kini jalan panjang sudah berhasil membelah gunung istana yang menjulang kokoh menancap di atas bukit ratusan hektar hutan dan sawah dengan enteng di sulap menjadi perkebunan sawit dan karet Ikan-ikan dulu sangat jelas terlihat kini musnah, air yang jernih tertindih dengan limbah-limbah merkuri Petani-petani mengangkat topi memikirkan makan anak-anak perlu biaya sekolah, pupus harapan nya jadi sarjana akibat padi yang di tanam ayah terjual sangat murah Ayam dan bebek kini menjadi korban berkurang jatah makan beras dengan kualitas sangat jelek tidak ada lagi di samping kandang karna mereka harus berbagi makan bersama Udin dan adik-adiknya Rumput dan ilalang yang semakin langka membuat sapi, kerbau juga kambing harus sering berpuasa peternak pusing tujuh keliling memikirkan besok harus ngarit kemana Hingga pakde Sukardi berkata dengan baju lusuhnya: bosan jadi manusia ingin jadi lumut saja! setajam_pena, Banjarma...