Langsung ke konten utama


Senyum gadis manis
Mencintai hutan meratus:
Adalah meminang gadis manis
Bersayap dalam rangkulan wajah alam
Memandang rambut nya yang terjurai
Menyibak kabut dari kedua mata nya

Mencintai hutan meratus:
Adalah engkau yang bahagia dalam puncak nya
Duduk di atas singgahsana dengan jubah dan mahkota

Mencintai hutan meratus:
Adalah aku yang terus menari
Di atas lembab nya kulit mu
Terbuai dengan nyanyian alam yang semakin terasa
Dan ketukan jantung ku akan semakin bernada

Mencintai hutan meratus:
Adalah sepasang merpati
Yang berteduh di bawah pepohonan
Setelah kedua sayapnya bercumbu dengan hujan

Mencintai hutan meratus:
Adalah dia seorang ibu
Yang selalu merangkul anak nya
Mengayun dalam setiap tidur mu
Menyuguhkan kehangatan dalam setiap dingin mu
 
Lalu kita bagai gerombolan burung pipit
Yang terbang, menari menembus langit
Dan memandang gadis itu, mengukir peradaban

@setajam_pena (Banjarmasin 17 juli 2019)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

  Siul enggang Waja sampai kaputing ucapmu: dalam dekapan malam di topang kilatan cahaya bersayapkan ranting dan daun berwajah adat dan budaya Hidup dalam kehidupan berkedip untuk menghidupkan Jika pohon dan ranting jatuh di hempas angin daun tak lagi hijau, kumbang memilih mati dan burung yang terbang tak kembali pulang angka-angka berserakan Tempat menghadap Tuhan akan sepi bayi tak lagi mampu menghadap matahari tawa bersembunyi dalam lengkingan sunyi tubuh bergelempangan berenang dengan darah, di sudut jalan tanpa kafan Yaa apang yaa umang salammu kepada gagak suaramu di dalam selusup kayu pepatahmu mematah asa dimana kau berpijak di situ langit kau junjung Amarahmu di dalam kening bumi senyummu di dalam dekapan cakrawala tangismu bersembunyi di dalam tangisku diammu bersemayam bersama setiap nafasku Yaa apang ya umang acungkan sebilah mandau dalam laju punggung angin amarahku adalah amarahmu lukaku...
Tersenyum Di atas sebatang kayu mahkota nenek moyang ku di dasar batu-batu yang terukir peradaban di dalam belaian dahan-dahan yang menjadi saksi antara aku dan engkau Ku lukis keresahan ku di atas langit malam tanpa bintang tatapan bulan tanpa pernah berkedip serta ilalang yang tak pernah mengeluh maupun terus di hempas angin Aku kabarkan kembali kepadaku kepada jiwa yang hampir mati kepada rasa yang tak lagi mampu meraba kepada nafas yang tak lagi mampu di rasa kepada jantung yang tak lagi mampu bernada Aku ungkapkan kekesalanku di atas padang yang gersang kepada keindahan yang tak nyata kepada senyum yang pandai bersandiwara kepada hidup tanpa cinta @setajam_pena, puncak manjay 13 oktober 2019