Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019
pelor pertama Ku lihat kita semakin merunduk di bawah selangkangan nya tak kuasa menahan haus menelan ludah menjilati peluh keringat seperti binatang Jika dia bilang cepat! kita datang dengan sempoyongan mengangguk seperti kacung di pecut, di tendang di siram dengan air kencing nya bekerja siang dan malam hanya merebutkan garam Yang lebih menyakitkan lagi: kita semakin di perah seperti sapi di atas punggung tanah kita sendiri kita seperti buih di permukaan laut terombang-ambing lalu mati Jika batu dan bambu di beri mata dan mulut maka dia akan menangis sekeras mungkin gembala akan bingung saat hewan ternak nya lari ketakutan sebab hidup di dunia bakseperti berjalan menuju neraka Seorang kake menangis dalam sekarat nya badan nya sangat kurus tetapi masih dia acung kan tangan nya tinggi-tinggi “Suatu saat   akan adaa cucu ku, yang akan mengawali kata perlawan dan dia akan berkata sambil menancapkan tombak nya d...
Tangis gadis manis Ada suara tangis ku dengar samar-samar angin bertiup semakin tak terkendali ombak menghantam karang ikan-ikan bersembunyi di dalam selah-selah batu Pasir putih di penuhi dengan buih kerang-kerang berkubur selamatkan diri Siapa kah dia yang menangis di bibir pantai duduk manis dengan rambut terjurai memandang perahu yang terombang-ambing kacau Ombak semakin tinggi menghempaskan daratan dan menyisakan buih di saat awan mendung mengurung matahari siapakah mereka yang melucuti gadis manis dalam pelukan pasir putih Samudra akan semakin terbuka lautan akan semakin murka dan kita bagai kulit kerang yang di hempas badai Hentakan kaki pada ibu pertiwi biarkan sang bopo tersenyum cerah dalam pelukan cakrawala si elang terbang bersama punggung angin mengintai pesisir batas ombak menerjang karang Jika pasir pasir putih sudah memerah ombak dan busa memuntahkan darah gaun cantik dan bunga bunga menghiasi upacara...
Senyum gadis manis Mencintai hutan meratus: Adalah meminang gadis manis Bersayap dalam rangkulan wajah alam Memandang rambut nya yang terjurai Menyibak kabut dari kedua mata nya Mencintai hutan meratus: Adalah engkau yang bahagia dalam puncak nya Duduk di atas singgahsana dengan jubah dan mahkota Mencintai hutan meratus: Adalah aku yang terus menari Di atas lembab nya kulit mu Terbuai dengan nyanyian alam yang semakin terasa Dan ketukan jantung ku akan semakin bernada Mencintai hutan meratus: Adalah sepasang merpati Yang berteduh di bawah pepohonan Setelah kedua sayapnya bercumbu dengan hujan Mencintai hutan meratus: Adalah dia seorang ibu Yang selalu merangkul anak nya Mengayun dalam setiap tidur mu Menyuguhkan kehangatan dalam setiap dingin mu   Lalu kita bagai gerombolan burung pipit Yang terbang, menari menembus langit Dan memandang gadis itu, mengukir peradaban @setajam_pena (Banjarmasin 17 juli 2019)